Minggu, 10 November 2013

Download Ebook Gajah Mada 1


Image


Malam yang senyap menyergap istana Majapahit. Beberapa buah obor telah dinyalakan dan mencoba menerangi sudut-sudut istana. Beberapa prajurit terlihat berjalan mondar-mandir di regol dan halaman, beberapa yang lain duduk termangu menatap kabut yang turun. Di langit, bulan purnama timbul tenggelam seperti berada di wilayah antara ada dan tiada. Tebalnya kabut akhirnya memberangus gemilang cahayanya menjadi adukan warna putih yang penuh oleh gumpalan teka-teki tak berjawab, dari mana asal kabut itu juga sebagai pertanda bakal ada kejadian apa.

Istana Majapahit yang megah, yang dibangun dengan dinding tebal berbatu berawal dari sebuah desa bernama Tarik, berada pada garis lurus ke selatan dari Pelabuhan Sungai juga Benteng Canggu yang terletak di arah selatan pedukuhan Majakerta. Salah satu pintu gerbangnya yang menjulang gagah disebut Candi Wringin Lawang. Siapa pun yang mengerjakan penyelesaian puncak pintu gerbang itu atau apabila orang memanjat tingginya pohon kelapa, dari tempat itu akan tampak beberapa pohon cemara yang menandai taman makam Antahpura berada, di sana, di tempat yang orang juga menyebutnya Trowulan terletak sebuah segaran tempat para ratu dan putri istana membasahi diri dalam acara lelumban.

Kabut yang turun tebal itu juga menjarah lapangan Bubat. Kabut juga dengan kejam membungkus wilayah di luar batas dinding kotaraja. Para prajurit bersiaga penuh. Ke sudut-sudut istana, Gajahmada yang berpangkat bekel, tetapi memegang kendali penuh atas pasukan kawal istana yang memiliki nama menggetarkan, Bhayangkara menyebar segenap prajuritnya untuk berada dalam kesiagaan tertinggi. Prajurit yang menjadi bagian dari pasukan khusus dengan derajat kemampuan melebihi prajurit dari kesatuan yang lain benar-benar prajurit yang terlatih, trengginas dalam bertindak, cukat terampil dalam mengambil langkah. Kabut itu terbawa angin deras. Angin deras menyebabkan kabut menghilang, tetapi muncul lagi karena hawa dingin yang menggigit tulang. Angin deras yang membawa udara dingin menggigit itu pula yang menyebabkan para istri dengan ketat memeluk suaminya, atau anak yang menyusup mencari perlindungan di balik dekapan ibunya. Para orang tua yang menganggap yang terjadi itu sebagai sebuah keganjilan segera keluar untuk mencermati.

”Apa yang terjadi ini seperti pengulangan atas apa yang pernah terjadi pada masa silam. Sehari menjelang perang besar yang terjadi antara Tumapel di bawah kendali Ken Arok melawan Kediri di bawah Kertajaya, terjadi keganjilan seperti ini. Kabut tebal dan badai melintas di malam saat langit sedang berhias kemukus, seolah menjadi pertanda khusus akan adanya perang yang meminta banyak korban,” berkata Ki Wongso Banar.

”Bukan hanya perang atas Tumapel dan Kediri,” tambah Ki Dipo Rumi, ”tetapi juga di malam menjelang kehancuran Singasari yang digempur Jayakatwang, kabut tebal menyergap kotaraja Singasari dengan amat pekatnya. Ditandai kemunculan angin deras, pertempuran yang sangat berdarah terjadi di kotaraja Singasari. Kertanegara yang tidak dikelilingi prajuritnya karena dikirim ke Pamalayu digempur Jayakatwang. Kertanegara pralaya.”

Inilah pertanda alam yang menandai dimulainya  pemberontakan yang akan dilakukan oleh para Rakrian Dharmaputra Winehsuka yang dipimpin oleh Ra Kuti. Rakrian Dharmaputra Winehsuka yang hanya beranggotakan 7 rakrian berhasil menghasut 2 pasukan utama yang dimiliki oleh Kerajaan Majapahit, yaitu pasukan Jalayuda dan pasukan Jala Rananggana, sementara satu pasukan lainya tetap dengan pendiriannya untuk selalu mendukung Majapahit. Rencana penyerangan yang dilakukan oleh para Rakrian Rakrian Dharmaputra Winehsuka akan dilakukan pagi-pagi buta dengan menggunakan Bende Kiai Samudra, yang merupakan gendering pereang yang dipercaya sebagai symbol kemenangan oleh Majapahit. Beruntung Gajah Mada berhasil mengendus rencana para Rakrian Dharmaputra Winehsuka ini, sehingga prajurit yang ketika itu masih menjabat sebagai bekel dari pasukan bhayangkara ini bisa menyiagakan dan menyusun rencana untuk menggagalkan serangkan.

Berbagai trik dan intrikpun mulaai dimankan oleh gajah mada, yang didukung oleh pasukan bhayangkara, sehingga serangan yang awalnya benar-benar mematikan bisa diredam. Akan tetapi besarnya serangan yang dilakukan oleh pasukan Jalayuda dan pasukan Jala Rananggana menyebabkan pasukan Jalapati tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Rakrian Dharmaputra Winehsuka yang dipimpin oleh Ra Kuti. Ra Kuti tidak puas hanya dengan memenangkan peperangan, dia berniat menggantung Raja Majapahit, Jayanegara di alun-alun istana kerajaan, sebagai bukti bahwa kerajaan mutlak menjadi kekuasaan Ra Kuti.

Dengan kecerdikan Bekel Gajah Mada didukung oleh pasukan khusus pelindung keluarga kerajaan, bhayangkara, Jayanegara berhasil kabur dari kota raja untuk diungsikan ke suatu tempat untuk menghindari kejaran pasukan Ra Kuti. Persoalannya tidak selesai sampai disini, karena ternyata di tubuh pasukan bhayangkara terdapat mata-mata yang selalu memberikan informasi khusus tentang keberadaan Jayanegara, disinilah strategi, kecerdasan, dan berbagai intrik dimainkan.

Sungguh merupakan petualangan yang sangat menakjubkan, bagaimana kita dibawa dalam sebuah petualangan sejarah yang sarat dengan trik dan permainan pikiran. Inilah salah satu bacaaan yang wajib dibaca untuk memuasakan fantasi berpetualang dengan latar belakang sejarah yang penuh dengan heroismeUntuk teman-teman yang tertarik dengan novel sejarah seperti ini, saya rasa Novel Gajah Mada ini layak untuk dibaca untuk memuasakan fantasi berpetualang anda.


Download E-book : 

Gajah Mada 

Untuk mendwnload ebook ini, klik “SKIP AD” kemudian klik slow download di bagian bawah kemudian tunggu beberapa saat untuk donwload!

Image

E-book Lainnya

Like the Post? Do share with your Friends.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IconIconIconFollow Me on Pinterest